Malili, Luwu Timur – Komitmen membangun industri berbasis sumber daya lokal kian nyata di Bumi Batara Guru. PT Kawasan Industri Terpadu Luwu Timur (PT KITLT) resmi memulai langkah awal hilirisasi dengan menggandeng Kedatuan Luwu dan masyarakat Lampia, Desa Harapan, Kecamatan Malili, sebagai mitra strategis dalam pembangunan Kawasan Industri Malili.
Perusahaan yang dipimpin putra daerah Luwu Timur, Rano Arna Odenjar ini menyiapkan investasi jumbo senilai Rp 200 triliun di atas lahan seluas lebih dari 2.200 hektare. Sebagai simbol dimulainya pembangunan, dilakukan pemasangan patok pertama pada Jumat (27/6/2025) yang dihadiri jajaran adat, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintah desa.
“Kami hadir sebagai putra daerah yang ingin mengelola potensi daerah sendiri, dengan pendekatan hilirisasi berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Ini harga mati,” tegas Rano Arna Odenjar, Komisaris Utama PT KITLT, di sela pemasangan patok nomor 77 yang terletak di pinggir jalan poros batas Sulawesi Tenggara, dekat lokasi wisata Batu Minggoro.
Putra Daerah Bangkit, Industri Maju di Tangan Sendiri
Dalam prosesi yang berlangsung hangat dan penuh kekeluargaan itu, Rano menegaskan bahwa tim manajemen PT KITLT adalah representasi putra asli Lampia, yang berkomitmen menjadikan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, bukan hanya penonton di tengah geliat pembangunan industri.
“Kita tidak ingin lagi sekadar menjadi penonton. Kita harus menjadi tuan rumah di tanah sendiri,” ucap Rano, alumnus Akpar Makassar yang kini menjadi salah satu tokoh muda visioner di sektor hilirisasi industri daerah.
Pemasangan patok dimulai dari nomor 77, bagian dari 91 titik patok yang akan menandai batas kawasan industri milik PT KITLT.
Dukungan Kedatuan Luwu dan Pemerintah Desa
Kepala Desa Harapan, Mustakim, menyambut positif kehadiran PT KITLT. Ia menyatakan bahwa masyarakat siap mendukung penuh pembangunan kawasan industri yang dikelola oleh putra daerah tersebut.
“Kalau ini berjalan, pasti ada perubahan besar bagi perekonomian masyarakat. Saya mewakili masyarakat mendukung penuh dan berharap semua elemen ikut menjaga agar program ini berjalan lancar,” ujar Mustakim.
Sementara itu, Dewan Adat XII Kedatuan Luwu, melalui Andi Suriadi, menyampaikan sikap tegas bahwa kini saatnya putra daerah mengambil peran utama dalam pengelolaan sumber daya alam.
“Kapan lagi putra darah memimpin dan membangun di tanah sendiri? Kedatuan akan berada di tengah-tengah masyarakat dan siap membackup kegiatan ini,” kata Andi Suriadi penuh harap.
Meski demikian, ia mengingatkan agar PT KITLT tetap menjunjung tinggi keadilan, tidak merugikan masyarakat, dan tidak mengambil hak rakyat. “Kalau ada tanah milik masyarakat, haknya harus dikembalikan. Jangan ada yang dirugikan,” tegasnya.
Hilirisasi Berbasis Komunitas Lokal
PT KITLT menjadi perusahaan pertama yang secara aktif menggerakkan hilirisasi berbasis komunitas lokal di wilayah Malili. Dengan visi pembangunan berkelanjutan, perusahaan ini menargetkan kawasan industri yang tidak hanya berorientasi pada ekonomi, tapi juga keseimbangan lingkungan dan pemberdayaan sosial.
Langkah awal ini bukan hanya penanaman patok lahan, tetapi simbolisasi dimulainya era baru industri Luwu Timur, yang dipimpin oleh putra daerah dan diperjuangkan bersama masyarakat lokal.
Komentar