|
Menu Close Menu

Kolonel Inf. Rano Tilaar Jabat Danrem di Kampung Halaman Jokowi

Jumat, 12 Juni 2020 | 09.34 WIB

JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa melalui  Keputusan tertanggal 8 Juni 2020, resmi mengangkat Kolonel Inf. Rano Tilaar sebagai Komandan  Resort Militer 074/Warastratama, disingkat Korem 074/WRT, yang membawahi Solo Raya  merupakan Komando Teritorial bawah Kodam IV/Diponegoro .

Solo sebagai daerah yang ditinggali oleh keluarga bsar Presiden Jokowi , dengan situasi wilayah yang juga tak lepas dari persoalan radikalisme dan terorisme maka sebagai Danren 074/Warastratama, Putra Minahasa ini akan memikul tanggung jawab yang besar di pundaknya. 

Kolonel Inf. Rano Tilaar pernah bertugas di Timor Timur usai lulus dalam Sekolah Komando pada tahun 1995. Selama lima tahun lebih menjalani tugas di Grup 2 Kopassus, ia direkomendasikan untuk mengikuti pendidikan Sandhi Yudha Kopassus. Untuk sampai pada posisi saat ini bukanlah hal yang mudah. 

Kemampuannya selama bertugas di Satuan Induk Badan Intelejen Strategis TNI (BAIS TNI) juga merupakan salah satu nilai tambahnya, yang menghentarkan ia menjabat dalam berbagai operasi dan jabatan.

“Penunjukan ataupun penempatan seorang perwira TNI kepada suatu jabatan, itu pasti adalah penilaian dari pimpinan. Saya mensyukuri hal ini, karena mendapat perhatian pimpinan atas pengabdian saya sebagai perwira TNI,” kata Rano Tilaar.

Kolonel Inf. Rano Tilaar mengatakan, pada prinsipnya prajurit itu wajib taat dan loyal pada perintah , Rano percaya bahwa apapun yang sudah direncanakan Tuhan pasti terlaksana sesuai kehendak-Nya. 

“Semua pasti jadi menurut kehendak-Nya, kita hanya harus bersandar dan percaya bahwa apa yang sudah dan akan Tuhan perbuat semua itu adalah rencana yang indah,” ujarnya.

Rano Tilaar yang sejak SMA bercita-cita menjadi Perwira TNI membarenginya dengan kerja keras dan berhasil mengawali karier kemiliterannya sejak 1989. Kolonel Inf. Rano Tilaar juga pernah menjadi Paskibraka Nasional 1987 utusan Sulawesi Utara, Nyong Manado dan Nyong Sulut pada 1988.

Tanggung jawab merupakan jiwa kita, dalam pekerjaan apa pun kita harus memiliki jiwa juang dalam mempertanggungjawabkan tanggung jawab itu kepada Tuhan, bangsa dan negara,” tutupnya.

Bagikan:

Komentar